Sleman -infonews871.com–
BPBD Kabupaten Sleman menggelar simulasi penanganan bencana Gunung Merapi di Barak Pengungsian dan Balai Desa Kalurahan Girikerto, Kapanewon Turi, Kamis (27/06/2024). Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB ini dihadiri oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Perwakilan Caritas Jerman, serta perwakilan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Bambang Kuntoro, menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait ancaman dan risiko bencana erupsi. Selain itu, BPBD Sleman bersama BNPB juga menyalurkan bantuan logistik kepada warga yang terdampak erupsi Gunung Merapi.
"Sebanyak 300 paket sembako disalurkan kepada warga Kawasan Rawan Bencana (KRB III) Gunung Merapi, serta Dana Siap Pakai (DSP) sebesar 150 juta rupiah dari BNPB. Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah pusat terhadap masyarakat sekitar Gunung Merapi dan mendukung operasional penanganan Siaga Darurat Erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Sleman. Dukungan ini khusus untuk pembelian sembako, tenda pengungsi, chainsaw, dan masker," ungkap Bambang.
*Aktivitas Merapi Masih Tinggi*
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melaporkan bahwa pada Rabu, 26 Juni 2024, Gunung Merapi teramati mengeluarkan 17 kali guguran lava ke arah Sungai Bebeng (barat daya) dengan jarak luncur maksimum 1.200 meter. Tingkat aktivitas Gunung Merapi masih berada di level III (siaga) sejak 5 November 2020.
Menanggapi hal tersebut, Bambang menyampaikan bahwa Pemkab Sleman telah menerbitkan SK Bupati Sleman Nomor 27.21 Kep. KDH I A / 2024 tentang Perpanjangan Penetapan Status Siaga Darurat Erupsi Gunung Api Merapi. Hingga saat ini, BPBD Sleman terus melakukan berbagai upaya kesiapsiagaan bersama instansi terkait.
*Upaya Kesiapsiagaan dan Mitigasi*
"BPBD Kabupaten Sleman terus menjalin kerja sama dengan BPPTKG Yogyakarta untuk pemantauan dan sosialisasi, serta berkoordinasi dengan BNPB dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) baik lokal maupun asing," jelas Bambang.
BPBD Kabupaten Sleman juga telah menyusun Rencana Kontijensi Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2020, memasang 35 perangkat Early Warning System, dan menyiapkan jalur evakuasi lengkap dengan rambu-rambu serta titik kumpul di daerah potensi bahaya. Sebanyak 12 barak pengungsian telah disiapkan bagi warga yang terdampak.
Pada tahun 2024, BPBD Sleman mempraktikkan simulasi penanganan kedaruratan bencana erupsi Gunung Merapi melalui kegiatan Table Top Exercise Gladi. "Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman terkait ancaman dan risiko melalui sistem informasi dan komunikasi, termasuk peringatan dini, serta kesiapsiagaan terkait sistem penanggulangan kedaruratan bencana yang melibatkan multipihak," imbuh Bambang.
*Pembentukan Desa dan Kalurahan Tangguh Bencana*
BPBD Sleman juga membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) dan Kalurahan Tangguh Bencana (Kaltana) di daerah terdampak erupsi Gunung Merapi. Kebijakan ini didukung dengan pemberian Kartu Identitas Relawan (KIR) kepada sukarelawan di wilayah tersebut.
"Pemberian KIR bertujuan meningkatkan kompetensi keahlian relawan, tidak hanya sebagai kartu identitas. Pemegang KIR juga mendapat prioritas pelatihan kebencanaan sehingga keahlian mereka semakin meningkat," jelas Bambang.(Herman)
Komentar
Belum ada komentar !