KARAWANG SELATAN INFONEWS TERKINI - Bendungan penampungan air hujan Situ Jungkur di RT 012/006 Desa Kutalanggeng, Kecamatan Tegalwaru, sudah lama jebol. Akibatnya, warga kian mengeluh; Bendungan air untuk keperluan mandi-cuci, juga untuk pengairan lahan pertanian sawah berkait program ketahanan pangan terganggu produksinya.
Salah seorang petani warga Dusun Jungkur Desa Kutalanggeng yang akrab disapa Karmin mengatakan, jebolnya waduk tadah hujan Situ Jungkur kira-kira sudah hampir satu tahun. “Herannya, sampai sekarang belum ada kabar kapan akan diperbaiki,” keluh Karmin kepada media di Dusun Jungkur Desa Kutalanggeng, Selasa.
Bendung Situ Jungkur, sebenarnya belum lama telah direnovasi dari Anggaran Dana Alokasi Khusus (DAK) yang bersumber APBN Tahun Anggaran 2018. Hanya saja, menurut beberapa warga setempat bangunannya seperti kurang berkualitas, sehingga baru beberapa tahun direnovasi tanggulnya sudah jebol lagi.
Menurut Karmin keadaan jebolnya tanggul bendungan dekat pintu air, lebih disebabkan tidak kuat menahan beban debit air yang meluap, saat musim penghujan tahun lalu
Situ Jungkur kering kerontang meski pun saat musim penghujan tahun 2024 diperkirakan telah melewati puncaknya.
“Sepertinya sih, waktu pembangunan renovasi saat itu ada yang kurang standar kualitasnya. Saya memang tidak paham soal bangunan tapi kayaknya sih begitu, kualitasnya yang kurang bagus jadinya cepat jebol,” ceplos dia.
Lebih lanjut ia mengeluhkan, tanggul yang jebol tersebut kesannya dibiarkan begitu saja oleh pemerintah atau pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).
“Padahal, dengan adanya waduk ini dapat membantu para petani untuk mengairi sawah. Bukan cuma itu saja, air Situ Jungkur juga dipakai warga dusun untuk mandi dan mencuci,” sebut Karmin.
Terpisah, salah satu anak muda warga Dusun Jungkur, Rendi, membenarkan bahwa Bendung Situ Jungkur ini sejak beberapa tahun lalu airnya sudah menjadi andalan warga, baik untuk mandi dan cuci mau pun pengairan sawah pertanian padi.
Menurut Rendi, jebolnya Bendung Situ Jungkur berdampak bahkan membuat petani mengeluh. “Karena petani tidak dapat mengolah sawahnya. Ujung-ujungnya, petani tidak bisa tanam padi,” kata dia kepada media di lokasi Situ Jungkur, Selasa.
Tentunya, sebut Rendi lagi, akibat jebolnya tanggul Situ Jungkur program ketahanan pangan di Desa Kutalanggeng ini cenderung tidak mencapai target. “Sedangkan lahan pertanian yang diairi dari waduk ini mencapai lebih seratus hektar,” jelas dia.
Rendi pun mengemukakan rasa herannya, sejak waduk jebol tahun lalu, sampai kini belum ada tanda-tanda perbaikan dari pihak pemerintah atau pun BBWS Provinsi Jawa Barat.
“Padahal Situ Jungkur ini kalau di kelola dengan baik dan airnya tertahan tidak kering-kering, bagus juga dikembangkan jadi obyek wisata perdesaan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat termasuk bagi anak-anak mudanya,” pungkas Rendi penuh harap.Red (mly.okek)
Editor : @Wg
Komentar
Belum ada komentar !