Teaterikal Inovasi Para Pemuda Dusun Peundeuy Desa Cicinde Utara Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang " Bangkitan Semangat Dalam Mengisi Kemerdekaan Dengan Tidak Melupakan Sejarah

Screenshot_2023-08-17-12-32-11-96_6012fa4d4ddec268fc5c7112cbb265e7.jpg
IMG-20230817-WA0007.jpg
Teaterikal Inovasi Para Pemuda Dusun Peundeuy Desa Cicinde Utara Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang " Bangkitan Semangat Dalam Mengisi Kemerdekaan Dengan Tidak Melupakan Sejarah 

BANYUSARI -KARAWANG INFONEWS TERKINI -Ada yang berbeda dalam penyelenggaraan puncak peringatan HUT RI ke 78 Kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini. Selain seremoni detik-detik proklamasi dan pengibaran Bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera diseluruh instansi serta swadaya masyarakat juga ada pentas drama teatrikal oleh tim gabungan pelajar,pemuda Karang Taruna dan warga.

“Tahun ini kami para pemuda dusun Peundeuy Desa Cicinde Utara berinisiatif  untuk membuat pementasan tari kolosal atau drama teatrikal  yang mengisahkan perjuangan pahlawan serta perjuangan dalam merebut kemerdekaan Indonesia,Kita punya Bapak TNI Jenderal Soedirman. Kisah itu yang kita angkat,” ujar Sutradara drama teatrikal Amat Zakaria di Lapangan bola Cinde Wulung Desa Cicinde Utara Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang , Kamis (17/8).

Diungkapkan Amat, drama teatrikal tersebut mengambil seting waktu menyerahnya Jepang usai pengeboman Nagazaki dan Hiroshima oleh tentara Sekutu. Berita itu kemudian di didengar oleh pemuda pemudi Indonesia hingga meletup semangat untuk memerdekakan Indonesia dari Jepang. Akhirnya pada 17 Agustus 1945, Soekarno – Hatta mengumandangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia dan disambut suka cita oleh rakyat Indonesia.

Sayangnya kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama, karena tentara Sekutu ingin kembali menguasai Indonesia. Belanda kembali mengagresi Indonesia. Agresi pertama mendarat di Tanjung Priok pada Oktober 1945 dan agresi kedua di Yogyakarta saat itu sebagai ibu kota Indonesia, September 1945.

“Saat agresi militer kedua di Yogyakarta inilah tokoh besar asal Purbalingga, Panglima Besar Jenderal Sudirman muncul menjadi tokoh sentral cerita ini,” jelasnya.

Ending cerita adalah Serangan Umum  1 Maret yang dipimpin oleh Soedirman. Bersama rakyat, TNI, PMI dan para pejuang mereka berjuang melawan Belanda hingga akhirnya tentara Belanda menyerah dan Yogyakarta berhasil direbut kembali oleh rakyat dan TNI.

“Acara ini patut disaksikan oleh masyarakat, untuk menumbuhkan kembali semangat patriotisme dan bela Negara. Sekaligus menumbuhkan kebanggaan akan Purbalingga karena memiliki pejuang sebesar Panglima Besar Jenderal Soedirman,” tandasnya.

Drama teatrikal ini dipentaskan oleh sedikitnya 200 personil yang terdiri dari pelajar,pemuda Karang Taruna serta warga.

“Mereka sudah berlatih sejak Rabu (16/8) ,” jelas salah seorang pendukung acara.

Acara ini juga melibatkan sejumlah property perang seperti, meriam, senapan dan senjata bambu runcing yang digunakan oleh para pejuang Indonesia.

Red : innews 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !