Diaspora Kanada Temukan Makna Toleransi dan Keluarga di Al Zaytun

[Peter Budiono di kampus IAI Al Aziz bersama Ustad Ali Aminullah dan para Dosen]

Indramayu-Infonews871.com–

IMG-20250805-WA0002.jpg
Peter Budiono Bersama Ustadz Ali Aminullah di Wisma Tamu Al Islah Ma'had Alzaytun Indramayu

Peter Budiono Setiawan, diaspora Indo

IMG-20250805-WA0001.jpg
Peter Budiono Bersama Syeikh AS Panji Gumilang di Ruang kantor Masjid Rahmatan Lil Alamin

nesia yang telah menetap puluhan tahun di Kanada, menemukan ikatan batin dan rasa kekeluargaan sejati dalam komunitas Al Zaytun ketika berkunjung pada 4 Agustus 2025 .

 

Jejak Pribadi dan Latar Hidup

 

Peter, lahir di Jakarta dari ayah keturunan Minang dan ibu keturunan Bangka, pindah ke Kanada pada 1974 demi melanjutkan pendidikan. Di negeri orang, ia membangun bisnis garmen dan membentuk keluarga. Demi menikahi wanita etnis Tionghoa asal Trinidad & Tobago, ia melepas kewarganegaraan Indonesia karena ketentuan hukum. Kendati sukses, kerinduan akan tanah air selalu mengiringi langkah hidupnya  .

 

Kenangan tentang Al Zaytun muncul kembali setelah ia melihat unggahan dan prasasti peresmian oleh Presiden B.J. Habibie pada 1999. Peter yang pernah bertemu Habibie juga menerima pesan singkat dari sang mantan presiden: “Jangan lupakan Indonesia.” Pesan ini kemudian menjadi kompas spiritual bagi perjalanan hidupnya  .

 

Kunjungannya ke Al Zaytun

 

Pada kunjungan tanggal 4 Agustus 2025, Peter disambut oleh Ustaz Ali Aminulloh di Resto Al Islah. Ia memandang visi dan praktik Al Zaytun—integrasi pendidikan, industri, dan toleransi—sebagai sesuatu yang luar biasa. Sebagai wujud dukungan, Peter menyerahkan sumbangan sebesar USD 1.000 melalui Bank of Montreal (BMO)  .

 

Peter mengamati langsung berbagai fasilitas yang dikelola Al Zaytun, termasuk industri peternakan, pertanian, rumah potong ikan, dan pengolahan limbah ramah lingkungan. Ia juga melihat santri‑santri aktif turun ke lapangan serta menunjukkan proses pembuatan kapal dan kegiatan panen paditradisional—sebuah kombinasi praktik dan pendidikan modern yang langka di era teknologi tinggi  .

 

Momen yang Menyentuh Hati

 

Masjid Rahmatan Lil Alamin menjadi titik emosional bagi Peter. Meskipun awalnya ia ragu, akhirnya diperbolehkan masuk dan menyaksikan langsung kekhusyukan ibadah di dalamnya, membuatnya tak kuasa menahan haru. Pertemuan dengan Syaikh Al Zaytun jadi momen klimaks perjalanan ini: “Mulai hari ini, Anda adalah saudara kami. Al Zaytun adalah rumah Anda…” ungkap sang syaikh, yang menegaskan bahwa Peter kini dianggap sebagai bagian dari keluarga besar Al Zaytun  .

 

Refleksi dan Makna

 

Bagi Peter, Al Zaytun bukan sekadar fasilitas pendidikan, melainkan simbol nyata bahwa nilai-nilai universal—seperti toleransi dan kemanusiaan—dapat menyatukan orang tanpa membedakan latar belakang agama maupun kebangsaan. Kepulangan batin dari seorang diaspora ini menunjukkan bahwa akar keluarga sejati bisa tumbuh dari kemanusiaan yang tulus  .

(HMT) 

Sumber : Log news.co.id

Tags:
Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !