Perkenalkan Seni Debus Pada Mata Dunia, Budayawan Karawang Yang Langsung Unjuk Aksi Di Astana Raja Rembau Negeri Sembilan Malaysia

IMG-20230626-WA0073(1).jpg
Pemerintah Tidak Perlihatkan Keberpihakan terhadap Budayawan daerah 
IMG-20230626-WA0066(1).jpg

KARAWANG INFONEWS TERKINI- Pemerintah Tidak Perlihatkan Keberpihakan terhadap Budayawan Para budayawan,Pemerintah dinilai para budayawan tidak memperlihatkan keberpihakan yang jelas terhadap budaya tradisi.

Pemerintah daerah khususnya harus mendorong dan membantu secara konkret dan berkelanjutan bagaimana tumbuh-berkembangnya kantong-kantong kebudayaan di berbagai daerah. Adalah tanggung jawab pemerintah untuk memberi ruang hidup kepada seni budaya tradisi.

Demikian benang merah yang dikemukakan Pelestari Budaya Debus Adi Haryanto atau yang biasa disapa Akew, beliau adalah salah seorang pelaku Seni sekaligus juga bisa disebut duta seni yang belum lama ini untuk yang ke tiga(3) kalinya di undang ke Astana Raja Rembau Negeri Sembilan Malaysia.

Bukan main-main dalam acara yang bertema " Jejak Raja Melewar " yang langsung diundang oleh yang mulai Raja "Dato Nazri Al bentani YTM Dato Lela Maharaja DATO Haji Muhamad Sharip Bin Haji Othman Undang Luak Rembau YAM Tunku Ali Redhauddin ibni Tuanku Muhriz"  dan hanya mengundang tiga negara yaitu Malaysia, Singapura termasuk Indonesia.

Akew yang juga Sekjen LSM Pasukan F12 sekaligus juga tokoh Budayawan karawang bersama Kang Amin Budayawan Asal Banten menjadi perwakilan dari indonesia, Akew memperkenalkan Seni Debus kepada dunia, mengenalkan begitu besarnya dan beragamnya budaya di negeri Indonesia pada dunia.

Akew menambahkan, Seni budaya tradisi mengalami kemajuan yang sangat baik dan juga diapresiasi oleh publik cuma yang disayangkan pemerintah yang kurang memperhatikan, bukan hanya dari pemerintah pusat juga dari pemerintah daerah  tidak saja terhadap kesenian itu sendiri tetapi juga terhadap pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri," katanya.

Senada dengan itu, Kang Amin Budayawan asal Banten mengatakan, " Begitu banyak kegiatan mandiri masyarakat untuk memelihara dan meneruskan tradisi budaya yang mereka wariskan. Justru perhatian dan apresiasi pemerintah yang kurang. "Misalnya seperti di Pariaman, Sumatera Barat, mereka membuat Alek Nagari, yang bisa berlangsung berhari-hari. Itu semua merupakan ekspresi kecintaan mereka terhadap seni budaya tradisi yang mereka warisi. Banyak suku bangsa lain di Indonesia yang berbuat seperti orang Pariaman," katanya mencontohkan.

Pemerintah lupa membina berbagai aspek kebudayaan, termasuk kesenian yang berasal dari kita sendiri. "Unsur pemerintah yang terkait dengan Pembinaan Kebudayaan Nasional tidak memiliki visi yang jelas. Tidak mempunyai cetak biru yang implementasinya terlihat dalam praktik. Saya kira harus ada revolusi dalam kementerian Kebudayaan dan Pariwisata," ungkap Akew.

Beban berat Perkembangan pesat kesenian di Indonesia tidak dibarengi kebijakan yang berpihak kepada seniman. Seniman dengan kreativitas dan kemandiriannya sulit untuk menampilkan karya-karyanya agar bisa diapresiasi masyarakat. Namun, untuk ke arah itu seniman harus memikul beban berat. Akew mencontohkan, " jika dulu untuk pementasan teater pakai gedung pertunjukan tak bayar, sekarang jangankan untuk pertunjukan, untuk geladi resik saja juga harus bayar. Baliho pertunjukan juga demikian. Kesenian, seperti seni tari, sastra, teater, dan seni pertunjukan lainnya, selama ini berkembang tanpa keterlibatan pemerintah ya gak bakal maju,"  Pemerintah seperti melepaskan tanggung jawab konstitusional. Bahkan, seniman dan karyanya lebih banyak dihargai oleh public disbanding dihargai oleh pemerintah," ucapnya tegas.

Red : Abah Guntur Saketi 

 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !