Bareskrim Polri Membongkar Produksi dan peredaran Narkoba Dengan Modus Baru di Bantul Jogjakarta

Picsart_23-11-05_08-43-48-956.jpg
Keripik pisang narkoba ala Bantul Jogjakarta 

JOGJA- INFONEWS TERKINI - Bareskrim Polri membongkar produksi dan peredaran narkoba dengan modus baru di Bantul. Para pengedar ini menggunakan cara yang tergolong baru yakni dengan bentuk keripik pisang. Modus baru ini terendus setelah polisi mendapati adanya keripik dengan harga yang tidak biasa dan mencapai jutaan rupiah. Berikut sederet fakta keripik narkoba.

Terbongkarnya produksi dan peredaran narkoba modus keripik pisang ini berawal dari media sosial. Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada mengatakan terbongkarnya kasus tersebut bermula saat Bareskrim Polri menggelar operasi siber.

Dalam operasi itu polisi mendapati adanya pedagang yang menjual keripik pisang dengan harga yang sangat tinggi.

"Di situ dicantumkan kok keripik pisang kok harganya tinggi kan tidak masuk akal. Sehingga kita curiga dan dilakukan tracing, pemantauan terkait penjualan tersebut," katanya kepada wartawan di Baturetno, Banguntapan, Bantul, Jumat (3/11/2023).

"Ternyata ada penjualan narkoba dalam bentuk happy water dan bentuk keripik pisang. Selanjutnya dilakukan penyelidikan dilakukan oleh teman-teman Direktorat narkoba Bareskrim Polri selama satu bulan, mengikuti dinamikanya," lanjut Wahyu.

Polisi menangkap delapan orang yang terlibat dalam jaringan ini. Tiga orang di antaranya ditangkap di Depok, Jawa Barat. Mereka adalah pemilik akun, pemilik rekening dan juga penjual barang-barang yang sampai di Depok. Setelah pengembangan lalu polisi mendatangi tiga TKP lainnya yaitu di Kaliaking, Magelang, Potorono dan Banguntapan, Kabupaten Bantul.

"Selanjutnya kita tangkap dua orang di Kaliangking, Magelang, keduanya produsen keripik pisang. Kemudian kita tangkap dua orang lagi di Potorono yang memproduksi happy water dan keripik pisang dan satu orang kita tangkap di Banguntapan ini," ujarnya.

Delapan orang itu masing-masing MAP sebagai pengelola akun media sosial; D sebagai pemegang rekening; AS sebagai pengambil hasil produksi dan penjaga gudang pemasaran; BS sebagai pengolah/koki; EH sebagai pengolah/koki dan distributor; MRE sebagai pengolah/koki; AR sebagai pengolah/koki dan R sebagai pengolah pengolah/koki.

Wahyu menyampaikan, para pelaku ini sudah mendirikan usaha rumahan pembuatan narkoba sekitar satu bulan. Sedangkan pemasarannya dilakukan melalui medsos.

Hanya saja, meski sudah beroperasi sebulan tetapi tidak serta-merta setiap produksi berhasil dipasarkan. Hal ini karena, proses pembuatan itu masih uji coba sehingga kadang gagal sehingga tidak bisa dipasarkan.

"Tapi tidak satu bulan produksi lalu dijual, ada prosesnya karena dalam uji coba ada yang berhasil dan gagal," ujarnya.

Efek dari makanan dan minuman itu disebut bisa meningkatkan mood hingga membuat fly atau kehilangan kesadaran.

"Wakapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brigjen R Slamet Santoso menjelaskan, bahan campuran keripik pisang dan happy water itu terdiri dari beberapa jenis narkotika.

"Ini campuran ya, campuran antara amphetamine dan sabu juga ada. Jadi beberapa hal itu dicampur, dikolaborasikan dengan keripik pisang dan happy water," ujarnya.

Mengenai efek dari keripik pisang dan happy water itu, Slamet menyebut menyerupai efek sabu-sabu.

"Itulah yang bisa membuat seseorang menjadi hilang kesadaran atau fly gitu ya. Selain itu efeknya bisa meningkatkan mood, kemudian seperti obat perangsang, menimbulkan euforia yang bahagia. Ya hampir sama seperti yang sudah-sudah seperti sabu dan sebagainya," ungkapnya.

Mengenai omzet yang didapatkan para pelaku diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Omzet tersebut jika semua barang laku terjual. Hanya saja, sebelum habis terjual produksi dan peredaran narkoba ini sudah keburu terbongkar polisi.

"Kalau itu terjual sekitar Rp 4 sampai Rp 5 miliar. Untung belum sempat terjual semuanya," kata Slamet.

Warga Pelem Kidul RT.06, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul digegerkan dengan produsen narkotika bermodus keripik pisang narkoba. Pengontrak rumah yang menjadi produsen keripik narkoba itu dikenal jarang bersosialisasi.

Ketua RT 06 Pelem Kidul, Bagus Yatin Mulyono, menjelaskan rumah yang disewa oleh R adalah milik Wahyuni. Bagus menyebut jika R selama ini tinggal sendirian di rumah kontrakan itu.

"Asalnya dari Jakarta, namanya Rohandi umur 42, dia tinggal sendiri di sini dan sudah menyerahkan KK sama KTP saat rapat RT," kata Bagus kepada wartawan di Pelem Kidul, Baturetno, Banguntapan, Bantul, Jumat (3/11/23).

Red : Dion Nugraha 

Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !