Yogyakarta,Infonews871.com-

Mem

asuki usia ke-13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Komunitas Budaya Yogya Semesta menggelar Dialog Budaya & Gelar Seni seri ke-171. Acara ini mengangkat tema “13 Tahun Undang-Undang Keistimewaan: Refleksi dan Momentum bagi Kesejahteraan Masyarakat DIY” berlangsung di Pendapa Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (23/9/2025) pukul 19.30 s/d selesai.

Sejak disahkannya UUK pada 2012, keistimewaan DIY bukan hanya dimaknai sebagai simbol kultural dan politik, melainkan juga instrumen kebijakan publik. Data BPS menunjukkan adanya tren penurunan angka kemiskinan di DIY, dari 448.470 jiwa pada Maret 2023 menjadi 430.470 jiwa pada September 2024. Meski demikian, distribusinya belum merata, terutama antara wilayah perkotaan dan pedesaan.

Sri Sultan Hamengkubuwono X berulang kali menegaskan bahwa keistimewaan harus terkoneksi langsung dengan kesejahteraan rakyat. “Keistimewaan Yogyakarta bukan hanya tentang sejarahnya, tetapi bagaimana memastikan setiap warganya mendapatkan hak untuk hidup sejahtera dan bermartabat,” tegas Sultan dalam berbagai kesempatan.

Dialog budaya kali ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Widihasto Wasana Putra (Pegiat Keistimewaan Yogyakarta), Listyo H. Krisnarjo (Pegiat Sariswara), serta Masduki Rahmad (Lurah Guwosari, Bantul). Diskusi berbentuk talk show ini dipandu oleh Tim Triyanto.

Selain dialog, masyarakat juga disuguhkan pentas seni, di antaranya Cokekan dari Sanggar Budaya Rasa Mulya, penampilan Sari Sumekar Art dibawah pimpinan Widjonartin, serta tari klasik Sekar Pudyastuti dan Sekar Putri.

Melalui kegiatan ini, Yogya Semesta berharap peringatan 13 tahun UUK dapat menjadi momentum refleksi bersama sekaligus penguatan tata kelola partisipatif yang benar-benar menyentuh seluruh lapisan masyarakat DIY.

(Hrm)