Bandung Barat,Infonews –
Kekecewaan mendalam dirasakan warga masyarakat Bandung Barat Selatan terhadap partai politik (parpol) yang dinilai gagal mengusung pemimpin.
Masyarakat menganggap parpol tidak lagi mampu memberikan optimisme dalam bernegara dan gagal menampilkan figur calon pemimpin yang berkarakter.
Menurut warga, parpol saat ini tidak membuka harapan hidup lebih baik bagi rakyat. Hal ini berimbas pada pandangan negatif terhadap organisasi parpol.
Demokrasi yang sehat dan kuat seharusnya ditopang oleh parpol yang juga sehat dan kuat. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa parpol belum mampu memenuhi ekspektasi tersebut.
Kepemimpinan parpol yang ada saat ini dianggap tidak berbeda dengan kepemimpinan perusahaan atau korporasi, di mana orientasi idealisme (nasionalisme) berubah menjadi orientasi pragmatisme (profit).
Sistem rekrutmen kader parpol yang tidak jelas dan tidak merujuk pada kriteria kompetensi dan kinerja menjadi sorotan utama. Padahal, parpol seharusnya menjadi wahana kaderisasi kepemimpinan nasional.
"Jika kepemimpinan parpol dihasilkan dari kepemimpinan korporasi dan sistem rekrutmen berdasarkan saham, maka demokrasi dalam organisasi parpol akan mati," ungkap Dewi A. Rostika kepada awak media. Sabtu, 20 Juli 2024 dihubungi via Whatsapp.
Lebih lanjut Dewi menguraikan, perbedaan pendapat dan hak-hak kedaulatan anggota mengenai ide atau gagasan, serta pengelolaan organisasi parpol yang lebih baik, telah direnggut oleh kepemimpinan yang bersifat oligarki dan otoriter.
Kekecewaan juga dirasakan oleh para bakal calon (balon) bupati yang harus mengeluarkan biaya ratusan juta rupiah tanpa kepastian hanya untuk difasilitasi bertemu dengan tim yang berbeda-beda.
Hal ini membuat warga bertanya-tanya,
"Mau dibawa ke mana negeri ini jika yang terjadi seperti ini? Kapan kami sebagai warga masyarakat bisa memiliki pemimpin yang amanah dan sesuai harapan rakyat?," ungkap Feri seorang tokoh seniman Bandung Barat.
Situasi ini terjadi di Kabupaten Bandung Barat, dimana para balon bupati yang merupakan putra-putra terbaik Bandung Barat terpaksa merogoh kocek dalam-dalam tanpa ada kepastian hanya untuk secarik surat tugas dan konon untuk bisa mendapatkan rekom harus mengeluarkan nominal milyaran rupiah.
Warga Bandung Barat menginginkan pemimpin yang tidak hanya dikenal dari layar kaca, tetapi juga memiliki jejak rekam tata kelola pemerintahan yang baik, memahami peta demografi wilayah Bandung Barat, serta menghargai kearifan lokal masyarakat setempat.
Warga berharap, ke depannya parpol dapat berbenah dan kembali menjadi agen perubahan yang sebenarnya, sehingga dapat membawa harapan baru bagi masyarakat dan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar amanah serta sesuai dengan aspirasi rakyat.
Red : Agus
Komentar
Belum ada komentar !