Wisuda ke XVIII STAK Teruna Bhakti Yogyakarta: Ekoteologi sebagai Fondasi Pendidikan Kristen di Era Digital

Yogyakarta- infonews871.com-

Sekolah Tinggi Agama Kristen Teruna Bhakti Yogyakarta kembali menggelar Wisuda XVIII tahun 2025, dengan mewisuda114 orang Sarjana, Magister dan Doktor,  bertempat di Hotel Merapi Merbabu Yogyakarta, Rabu (26/11/2015)

Prosesi Wisuda ke XVIII Sekolah Tinggi Agama Kristen Teruna Bhakti Yogyakarta  dipenghujung tahun 2025 dengan konsep Selebrasi Akademik yang  merupakan   wisuda ke 2 di tahun 2025, dengan mewisuda 114 orang sarjana terdiri dari 17 Sarjana Teologi, 72 Sarjana Pendidikan Agama Kristen, 11 Magister PAK, 5  Magister Teologi dan 9  Doktor Teologi.

Dr.Johannis Siahaya, M.Th.,  M.Pd, menyampaikan orasi Ilmiah dengan tema Ekoteologi sebagai fondasi Pendidikan Kristen di Era digital :  membangun kearifan Iman, Ekologi Sosial dan moderasi beragama dalam transformasi Pendidikan Indonesia. 

Ketua STAK Teruna Bhakti Yogyakarta, Pdt.Johannis Siahaya menuturkan hal ini lahir dari pergumulan mendalam terhadap konteks jaman yang kita hadapi, sebuah Era yang ditandai oleh dua realitas besar yang berkelindan : 

Pertama krisis ekologi global dan transformasi digital yang masif.

 kedua realitas ini tidak sekedar fenomena sosial teknologis, melainkan tantangan teologis yang mendesak gereja dan lembaga pendidikan Kristen untuk merumuskan respon yang kreatif, informatif dan kontekstual.

Krisis Ekologis dan transformasi digital sebagai tantangan teologis

Data ilmiah menunjukan bahwa aktifitas manusia telah menyebabkan peningkatan suhu global, pencairan es kutub, kenaikan permukaan air laut, dan gangguan ekosistim yang mengancam keberlanjutan kehidupan dibumi.

Laporan Intergovermental Panel on Clemate Change (IPCC) menegaskan bahwa tanpa tindakan mitigasi yang serius, dampak perubahan iklim akan semakin parah dan tidak dapat dipulihkan. Namun krisis ini bukan hanya masalah sains dan teknologi, ia juga merupakan krisis moral dan spiritual yang mempertanyakan pandangan dunia kita tentang relasi manusia dan alam.

Teologi Kristen yang selama ini dituduh sebagai salah satu akar eksploitasi alam melalui interpretasi dominion yang keliru, kini ditantang untuk merumuskan kembali visi teologis yang lebih holistik dan bertanggung jawab.

Bersamaan dengan krisis ekologi, transformasi digital telah mengubah lanscape kehidupan manusia  secara fundamental, internet, media sosial, kecerdasan buatan dan teknologi informasi lainnya yang memunculkan ruang baru bagi interaksi manusia, pembelajaran dan bahkan spiritualitas.

Membangun Teologi rasional antara Allah , manusia dan ciptaan.

Ekoteologi atau teologi ekologis merupakan rancangan teologi yang berupaya merumuskan pemahaman teologis tentang narasi antara Allah, manusia dan seluruh ciptaan dalam kerangka yang integral dan rasional.

Era digital telah membawa perubahan paradigma baru dalam pendidikan, termasuk pendidikan Kristen, teknologi informasi dan  komunikasi menawarkan berbagai peluang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran interaktif melalui multimedia , platform  pembelajaran Daring yang memungkinkan kolaborasi global,serta menggunakan alat-alat digital untuk refkeksi spiritual dan pelayanan.

Pendidikan kristen di era digital menuntut literasi baru yang tidak hanya bersifat teknis tetapi etis dan teologis. literasi digital dalam konteks kristen mencakup kemauan untuk   mengolah informasi dengan kritis dan bijaksana, membedakan informasi yang benar dan hoax, serta mengevaluasi sumber-sumber informasi dengan standard kebenaran Alkitabiah, membangun etika digital.

Moderasi beragama sebagai Ekologi Sosial.

Moderasi beragama merupakan salah satu agenda penting dalam konteks Indonesia yang majemuk dan multikultur.

Kementerisn Agdma RI telah menjadikan moderasi beragama sebagai prioritas kebijakan untuk mencegah  radikalisme ,extrimisme, dan intoleransi. 

Dalam perspektif kristen moderasi beragama merupakan ekologi yang  dipahami sebagai wujud ekologi sosial, supaya  dapat merawat harmoni menghargai martabat manusia dan melawan segala bentuk kekerasan dan diskriminasi. pungkasnya.

 

(Herman)

Tags:
Anda belum dapat berkomentar. Harap Login terlebih dahulu

Komentar

  • Belum ada komentar !